Ranah 3 Warna



Buku favorit saya yang lain. Sungguh beruntung karena saya mendapatkan tanda tangan sang Penulis dan goodie bag karena melakukan pemesanan secara on-line. Sedikit lagi saya baru akan menamatkan buku ini. Buku ini merupakan sekuel dari buku Negeri 5 Menara yang banyak bercerita mengenai pengalaman sang tokoh utama 'Alif' di Pondok Madani, pondok pesantren yang terletak di Jawa. Mungkin saya tidak akan banyak bercerita mengenai novel pertama trilogi A.Fuadhi ini karena saya agak lupa detail ceritanya.

Ranah 3 warna menceritakan perjuangan Alif ketika beranjak dewasa, saat-saat sulit ketika Alif kuliah hingga kesungguhannya mengejar cita-cita. Benar-benar pengalaman yang hampir sama dengan yang saya alami meskipun saya bersyukur karena saya lebih beruntung dibandingkan tokoh Alif yang seorang yatim serta harus membanting tulang untuk membiayai kuliahnya.

Kata sakti di Novel ini bukan Man Jadda Wajada lagi (seperti yang di Negeri 5 Menara), tetapi ditambah dengan kata sakti lanjutan yaitu "Man Shabara Zhafara" Siapa yang Bersungguh-sungguh Akan Beruntung. Sekarang benar-benar terpatri di otak dan hati saya, untuk bekal menempuk skripsi semester ini.

Semoga saya bisa seperti Alif ya, bersabar dan bersungguh-sungguh dengan semua impian dan cita-cita saya. Alif semula diremehkan oleh orang lain ketika akan mengikuti SMPTN karena Alif tidak memiliki ijasah SMA. Secara logika memang wajar jika orang lain meremekan Alif untuk lulus ujian persamaan SMA karena dalam waktu 2 bulan Alif harus dapat menguasai pelajaran selama 3 tahun. Belum lagi ujian SMPTN yang luar biasa sulit soalnya dan luar biasa banyak saingannya. Alif bercita-cita kuliah di ITB (seperti saya) dan ingin sekali ke luar negeri (Amerika) selepas dia lulus ujian SMA. Ternyata nasib berkata lain, Alif harus realistis, tidak mungkin dia mempelajari semua hitungan Eksak dalam waktu 2 bulan saja. Oleh karena ini Alif cepat mengubah arah impiannya, yaitu Hubungan Internasional UNPAD (satu almamater dengan saya). Berkat semua kerja keras dan doa yang tiada henti akhirnya Alif berhasil lulus SMPTN dan berkuliah di UNPAD. Terkadang Allah tidak memberikan apa yang kita mau, tetapi apa yang terbaik untuk kita. Seperti saya, walaupun saya tidak diterima di Universitas yang saya inginkan, ternyata nikmat saya diganti dengan yang lebih baik.

Perjalanan Alif kembali di uji ketika Alif harus kehilangan sang ayah tercinta (bab ini benar-benar membuat saya berurai air mata). Saya teringat dengan Papa, janji saya pada diri sendiri dengan lulus 4 tahun (tahun 2011), predikat cum laude (amiiin), dan betapa Papa dan Mama bersusah payah untuk biaya pendidikan saya ini. Saya tidak bisa membayangkan apabila saya ada di posisi Alif. Mungkin saya tidak akan sekuat Alif. Cerita berlanjut dengan perjuangan Alif untuk bisa survive meneruskan kuliahnya dan mewujudkan impiannya ke Amerika.

Bermodalkan Bahasa Inggris dan kepiawaian menulis, Alif pun mendaftar program pertukaran pemuda antara Indonesia-Kanada (Bab ini benar-benar membuat saya Iri)... Akhirnya Alif berhasil melewati seluruh seleksi dan berhasil jadi peserta pertukaran pemuda (tidak seperti saya yang sudah gugur di tahap pertama seleksi AFS, pertukaran pelajar ke Amerika). Bab selanjutnya mengisahkan pengalaman Alif di Kanada.

Cerita ini juga diselingi oleh percintaan (sebagai bumbu) mungkin. Harus saya akui, novel ini sangat inspiratif khususnya untuk saya saat ini. Saya sangat terkesan dengan kegigihan Alif saat belajar menulis dengan Bang Togar yang sangat bertangan besi (saya langsung membayangkan nanti saat saya bimbingan skripsi dengan Bu Carmen). Ternyata didikan keras Bang Togar memang ada maksudnya yaitu agar Alif bisa bekerja dan tetap berpikir kreatif walaupun di bawah tekanan serta agar Alif bisa menjadi orang yang kuat.

Saya sudah tidak sabar untuk menamatkan buku ini. Saya seperti hidup kembali, mengingat begitu banyak impian yang belum saya raih di usia yang semakin bertambah ini. Melaui Ranah 3 Warna, saya juga akan mulai lagi mengejar semua hal yang saya cita-citakan, mungkin tidak mudah tapi apa salahnya untuk mencoba? Saya memang tidak pintar dan jenius tapi saya bukan seorang pemalas. Semoga saya bisa bersabar dan bersungguh-sungguh di semester 8 ini. Semoga cita-cita saya dan jurusan untuk lulus 8 smester bisa terkabul. Amiiin. Saat ini saya mulai kursus cake Bogasari. Huaah saya jadi kepikiran menjadi enterpreneur selepas lulus taun ini. Do the best saja laaaah... Sangat menyenangkan untuk lulus bareng kalyan smester ini wahai Foodtech07/2011.

"Man Jadda Wajada"-Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil
"Man Shabara Zhafara"-Siapa yang bersabar, akan beruntung.

I wish

Best Regards,
Dwi Meilia F
di penghujung bulan pertama tahun 2011

Komentar